Sajak-sajak Rindu



Sajak-sajak Rindu
(K.A Carito)

Tenggelam dalam hangatnya riuh memori

Membuih-buih menggulung pahit kenangan

Ku berenang mencari daratan untuk menepi

Diatas milyaran pasir putih inikah ku terdampar?



Diatas sana matahari tersenyum terik

Senda gurau daun-daun kelapa ramai ditelinga

Dalam sepi angin laut membisikkanku kisah cinta

Cerita yang sempurna antara langit dan bumi



Kunikmati indahnya biru samudra diseberang

Terngiang kisah cinta langit dan bumi

Dalam bayangan semu kulihat sebuah kerlingan

Sebuah raut wajah dengan senyum penuh misteri



Hatiku bergetar, jantungku berdegub kencang

Bibirku terbungkam, mataku mengharu biru

Ingatanku tak ingin lepas dari sebuah kenangan

Aku terjebak rindu



Kau tau arti rindu?

Rindu adalah hadirmu

Rindu adalah wajahmu

Rindu adalah seutuhnya dirimu



Rindu ini begitu menggebu-gebu

Sakit, sesak dan meluap dalam dada

Apa yang membuatmu begitu pantas untuk kurindu?

Sedang aku tak pernah melihat kelebihan yang kau punya



Hatimu kah yang memikatku?

Karena sikap baikmu pun tak menyihirku

Kelemahan dan emosimu tak pula buatku ingin pergi

Lalu, apa yang membuatku tetap disini?



Hanya bila kau adalah sebatang pohon

Aku tak ingin jadi akarmu

Ku ingin menjadi angin yang menyejukanmu

ketika kau terpapar sinar sang surya



Jika kau adalah seekor burung

Aku enggan menjadi sangkarmu

Kuingin jadi langit luas

Agar kau bebas terbang menelusuri indah dunia



Jika kau adalah bunga mawar

Aku tak akan jadi duri yang melindungimu

Ku akan jadi hujan yang datang dengan pelangi

Agar kau tetap hidup hingga menebar keindahanmu



Jika kau adalah seekor nemo

Aku bukanlah akuarium hias mu

Aku akan jadi samudera biru

yang ingin melihatmu berenang bebas



Namun jika kamu adalah musafir

Aku tak ingin menjadi tempat tujuanmu

Aku tak akan ada untukmu kala itu

Karena aku adalah rumahmu



Aku tak pernah hilang

Aku adalah rumahmu

Tempat kau berteduh

Tempat kau pulang



Aku tak pernah pergi kemanapun

Aku berdiri kokoh disini dan selalu disini

Saat musafirku berkelana jauh

Aku masih kokoh menunggumu kembali



Aku tak pernah menjadi rumah berjalan

Aku berdiri disatu tempat menunggu musafir pulang

Meski ku berkata ‘selamat tinggal’ pada musafirku

Namun, kau harus tau, rumahmu hanya takut kau tak ingin pulang

Rumahmu takut kau tak benar-benar ingin pulang



Sajak-sajak rindu ini semakin melarutkan memori

Tangisan-tangisan sendu terus menyayat hati

Dentingan hujan meletupkan airmata

Ku merangkak memaknai rindu terlunta-lunta



Dalam rindu ini ku menggenggam memori

Mengartikan senyuman penuh misteri

Berjalan tertatih menyemai terik matahari

Terjebak rindu menunggu musafir kembali…



Semarang, 16th Mei 2017

Komentar

Postingan Populer